
Lensa Informasi, 14 Februari 2025 – Dunia tengah menghadapi ancaman krisis ekonomi yang serius. Fenomena stagnasi ekonomi yang berlarut-larut kini mulai menunjukkan tanda-tanda menuju stagflasi, sebuah kondisi berbahaya yang menggabungkan pertumbuhan ekonomi yang melambat dengan inflasi yang tinggi.
Sejumlah negara telah mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat gangguan rantai pasokan global, kenaikan harga komoditas energi dan pangan, serta ketidakpastian geopolitik, termasuk konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina. Di tengah kondisi ini, inflasi di berbagai negara berkembang dan maju mulai menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia melaporkan bahwa di Indonesia, inflasi pada Juli 2022 mencapai 4,94% secara tahunan (year-on-year), yang merupakan level tertinggi sejak 2015. Meski demikian, tingkat inflasi Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris yang mencatat kenaikan harga lebih tinggi.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi risiko stagflasi dengan berbagai strategi, seperti akselerasi vaksinasi, pembukaan sektor ekonomi, dan penyaluran bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat. Selain itu, proyek pembangunan infrastruktur terus digenjot guna meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional.
Kami terus memantau perkembangan global dan domestik agar dapat merespons secara cepat terhadap potensi krisis. Kebijakan fiskal dan moneter akan terus disesuaikan guna menjaga stabilitas ekonomi,” ujar Menteri Keuangan dalam konferensi pers terbaru.
Namun, para ekonom mengingatkan bahwa ketidakpastian global masih menjadi faktor yang dapat memperburuk situasi ekonomi. Dengan ancaman resesi global yang semakin nyata, Indonesia perlu bersiap menghadapi tantangan yang lebih besar agar dapat menghindari dampak negatif stagflasi.
(Reporter: [Jimas Muamar)