Oktober 9, 2024

Lensa-Informasi.Com -lawang Kidul –Keselamatan sopir truk pengangkut batubara yang melintas di kawasan Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim terancam.

Para sopir ini, sejak pertengahan Juni 2023 lalu sampai tengah Juli 2023 ini menjadi korban pelemparan batu oleh orang tak dikenal (OTK).

Pelemparan itu terjadi malam hari saat truk melintas di lokasi, sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Aksi OTK ini nyatanya tidak hanya merusak kendaraan dengan membuat kaca pecah, tetapi juga menimbulkan korban.

Sebab lemparan batu itu beberapa waktu lalu sempat membuat salah seorang sopir terpaksa mendapat perawatan intensif dari rumah sakit.

Akibatnya, sejumlah pengemudi kini resah dan khawatir untuk melintas di kawasan Kecamatan Lawang Kidul tersebut.

Apalagi setelah kejadian ini dilaporkan ke pihak berwajib, belum ada tindakan yang signifikan seperti misalnya patroli ataupun pengejaran terhadap pelaku.

Harun, salah seorang sopir truk batubara yang ditemui mengungkapkan kalau dirinya sudah sejak dua tahun terakhir memilih profesi sebagai sopir truk pengangkut batubara.

Tidak ada pilihan lain untuk menghidupi istri dan empat anaknya selain memilih profesi yang beresiko itu.

Mulai dari berhadapan dengan preman yang kerap melakukan pungli, sampai saat ini pelemparan yang dilakukan oleh OTK terpaksa dihadapinya.

“Saya mengalami pelemparan itu pada Senin, 10 Juli 2023. Kaca depan mobil pecah terkena lemparan batu, tetapi saya masih selamat,” ujarnya.

Kejadiannya cukup cepat. Karena malam, Harun juga tak melihat dengan jelas wajah si pelempar batu.

“Sekilas saya lihat, mereka ada di pinggir jalan ketika melempari truk saya dengan batu. Kemudian saya berhenti untuk melihat ke belakang dan mereka sudah kabur menggunakan sepeda motor,” kata Harun.

Lokasi pelemparan bisa dikatakan sebagai titik buta bagi pengemudi. Sebab, lokasinya tak memiliki lampu penerangan jalan dan sangat gelap.

Pasca dilempari, Harun lalu memfoto kerusakan mobilnya dan mengirimkan ke WA Group pengelola angkutan serta sesama sopir. Pengelola lantas langsung merespon cepat dengan mendatangi Harun. Begitu pun rekan sesama sopir yang saat itu sedang melintas.

Setelah melakukan perbaikan sedikit pada kaca mobilnya, Harun lantas melanjutkan perjalanannya menuju KM36 Jalan Servo.

*Lokasi Pelemparan Tidak Ada Penerangan dan Patroli Polisi, Bisa Berdampak pada PHK*

Minimnya penerangan di sepanjang jalan tersebut dikeluhkan oleh sopir dan tentunya masyarakat. Aksi kejahatan bisa dengan mudah terjadi.

Terlebih, setelah kejadian ini dilaporkan ke pihak berwajib, belum ada respons yang signifikan yang bisa memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi para sopir truk batubara ini.

Perasaan takut dan was-was terus menghinggapi para sopir. Sehingga, mereka tidak tenang bekerja. Peristiwa pelemparan itu menjatuhkan mental mereka.

Menurut Harun, dia dan rekannya sesama sopir memilih melintasi jalur di saat-saat tenang saja. “Jika sudah ada sopir yang diserang, mereka lebih memilih menunggu di pool hingga jalanan benar-benar sudah sepi untuk melanjutkan perjalanan,” jelasnya.

Akan tetapi, hal ini justru berimbas pada target ritase perjalanan sering tak tercapai hingga akhirnya pendapatan mereka juga ikut menurun.

“Kalau dulu dalam sebulan saya paling sedikit bisa 25 ritase. Dengan kondisi sekarang, 20 ritase itu sudah beruntung. Apalagi waktu melintas di malam hari sudah diperpendek,” bebernya.

Lebih jauh, turunnya ritase ini berkaitan dengan pengiriman batubara yang juga membuat pendapatan jauh menurun drastis.

Dampak yang mungkin muncul apabila pendapatan perusahaan batubara ini turun diprediksi akan lebih besar lagi.

Seperti misalnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang notabene justru merugikan warga Muara Enim sendiri, karena sebagian besar pekerja lokal adalah warga Muara Enim dan sekitarnya.

“Bagi kami ini seperti melintas di jalur gaza. Memang hanya batu yang dilempar. Bukan bom. Tapi, ini mengancam jiwa dan keselamatan kami maupun pengendara lain,” kata sopir truk lainnya, Nurdiansyah (32), warga Lampung.

Terpisah Pemerhati Sosial dari Yayasan Green Invite Sembilan, Sigit Raharjo mengaku miris melihat kondisi tersebut. Dia menyayangkan dengan adanya pelemparan batu yang dilakukan oknum masyarakat.

“Sopir hanya bekerja, terlepas dari apapun pemicunya, mereka pekerja yang dilindungi, mudah-mudahan bisa tertangkap dan lebih aman semua bisa berjalan lancar,” katanya.

Sigit mengatakan, solusi lain yang harus segera diwujudkan yakni pembuatan jalan khusus batu bara. Menurutnya, seluruh pemegang IUP harus kompak untuk mewujudkan itu.

“Pemerintah sebagai pembina pengusaha batu bara ini juga diminta untuk mendorong seluruh perusahaan agar bisa bekerja sama membuat jalan khusus tersebut. Sehingga konflik atau gesekan dengan masyarakat bisa diminimalisir,” tandasnya. (ril).